Oleh: Muna
Kantin kampus sepi, karena banyak mahasiswi yang berjualan di setiap kelasnya. Diantaranya pancake durian, seblak, gorengan, dan makanan ringan lainnya. Namun, kebanyakan dari mereka berjualan gorengan. Dan dijual ketika jam istirahat. Sehingga membuat mahasiswi lebih memilih membeli jajanan yang dijual teman-temannya. Ditambah lagi, jajanan yang dijual di kantin terbilang jauh lebih mahal.
Selasa (17/5/2015) lalu, pengumuman di salah satu Perguruan Tinggi di Jakarta membuat geger para mahasiswi yang berjualan. Pasalnya, para mahasiswi tidak diperkenankan untuk berjualan di area kampus. Kemudian disusul dengan razia ketika jam istirahat.
Sebut saja namanya Acha. Ia mengatakan, "untung aja hari itu yang mesen seblak dikit, jadi aman lah." Acha berjualan seblak dengan sistem pesanan. Jadi, ia hanya akan membawa seblak sesuai dengan pesanannya saja.
Mahasiswi asal Depok ini mengatakan pula bahwa teman-teman di kelasnya hanya membawa sedikit dari dagangan mereka pada hari itu. Sehingga tidak terlalu membuat sakit hati ketika dagangan tidak terjual habis. Razia itu sebagai bentuk peringatan. Dan bagi mahasiswi yang terkena razia, diharapkan agar langsung menghadap rektor.
MUHAMMAD NATSIR Pers
Kamis, 30 April 2015
Razia Pedagang Ilegal
Remaja Kok Disuruh Berzinah
Pandangan ustadz Felix Siaw terhadap remaja zaman sekarang. Beliau mengatakan bahwa, "Dunia zaman sekarang sudah berubah menjadi zaman emosional karena media," ujarnya.
Membaca di keramaian IBF
Oleh: Muna
Khansa Aulia Furqon adalah salah satu dari sekian banyak pengunjung anak-anak yang hadir pada hari terakhir Islamic Book Fair (IBF) 2015. Namun, anak kelas 4 SD ini mengatakan bahwa kehadirannya di IBF ini untuk yang pertama kali dan ia membeli lima buah buku cerita anak-anak. Khansa mengaku bahwa ia memilih sendiri buku yang akan dibelinya. Dia lebih menyukai buku cerita daripada buku lainnya.
Perempuan yang mengenakan baju dan kerudung merah muda ini membaca buku Julia & Daun Ginkgo ditengah keramaian IBF 2015. Anak ke I dari 2 bersaudara ini hadir bersama tante dan kedua sepupunya. Namun sayang, kedua orang tua Khansa tidak bisa membersamainya.
Buku adalah gudang ilmu dan membacanya dapat menambah ilmu pengetahuan. Sebaiknya, membiasakan anak dalam membaca buku sejak dini agar dapat menjadi suatu kebiasaan yang baik di masa depannya kelak.
Raja Dari Segala Buah Diminati Pelanggan
Oleh: Nurul Hidayati
Buah khas Ogan Komering Ulu. Ya.... Durian namanya. Raja dari segala buah ini, belakangan membuat para pedagang musiman ini kecipratan untung. Keuntungan yang mereka peroleh bisa mencapai 10 persen perhari.
Salah satu pedagang durian, Teguh asal kota Batik, yang berjualan di Kawasan Cipayung, mengatakan, laba yang ia dapatkan kurang lebih bisa sampai Rp 300.000,- per hari.
"Kalau modalnya Rp.3.000.000,- maka labanya bisa mencapai Rp300.000,- per hari, ya kurang lebih 10 persenlah." Kata Teguh, Kamis (26/3).
Harga durian bervariasi: ada yang Rp 5.000,-/buah; Rp 25.000,-/ 2 buah; Rp 30.000,-/2 buah dan ada yang harganya Rp 50.000,-/ 3 buah.
"Harganya bervariasi mbak, jika saya ngambil dari pusat pasoknya Rp 10.000,- /buah maka saya jual Rp 25.000,-/ 2 buah, tergantung besar kecilnya. Ada yang harganya Rp 30.000,-/2 buah dan Rp 50.000,-/ 3 buah, kalo yang kecil dan agak rusak maka saya jual harga Rp 5.000,-/ buah", ujar laki-laki asal pekalongan itu.
Durian yang dipasok dari OKU ini sangat di minati pelanggang. Hal ini terbukti dari keluar masuknya pelanggan yang membeli buah tersebut. Serta habisnya duren tiap harinya.
"lumayan mbak, bisa dibilang hampir habis, kurang lebih 70% durian habis tiap harinya." Ujarnya, ketika ditanya apakah semua durian yang dijual habis setiap harinya.
Jujur, Bikin Dagang Untung
Salah satu keunikan dari Ibu Sarif, ia seorang pedagang yang sangat ramah dan jujur. Berbeda dengan pedagang-pedagang lainnya, yang berdagang dengan menutupi kecacatan pada barang yang di jualnya.
Sehingga dagangannya pun terkadang terjual habis, untungnya tak seberapa namun baginya dagang adalah salah satu profesi yang halal dan berkah.
Kamis, 23 April 2015
Dibalik Ondel-Ondel Monas
Inilah Cara Kita Mensiasati Persaingan
Oleh: Wijdi Atqiya
Berawal dari coba-coba, dua orang mahasiswi yang akrab di sapa ila dan decil ini membuka usaha. "Sebenarnya inisiatif untuk jualan sudah ada dari dulu" kata ila. "Karena kepepet sih sebenarnya kita mau jualan" terus decil. Mereka berjualan snack dan makanan ringan di kampus nya. Pertama dan kedua kali jualan, mereka mengalami kerugian. Setelah ketiga kalinya mereka mulai bisa menutup kerugiannya dan mendapatkan laba 30.000 saja. Masing-masing hanya mendapat 15.000. "kita gunakan laba ini untuk nambahin modal aja" jawab ila ketika ditanya untuk apa laba mereka yang sedikit itu.
"Kita lebih mementingkan pesanan konsumen, apa yang mereka mau kita sediakan" kata decil.." Kita juga membeli makanan-makanan yang menurut kita enak, karena kalo kita beli dagangan kita otomatis uang nya kembali lagi", tambah mila. Itu lah cara mereka mensiasati kerugian dan persaingan antar penjual di kampus. Mereka berdua memang punya cita-cita untuk menjadi pembisnis. Mereka pun akan meneruskan usahanya sampai selesai kuliah, "In Syaa.a Allah" .
"Kita belum punya rencana untuk ke depannya, tapi kita berharap usaha kita tetap berjalan dan punya uang tabungan sendiri agar bisa meringankan tanggungan orang tua" harap ila dan decil.
"Mendoan Raos Pisan"
Mahal Tapi Aman
Matabak Canai janjikan keutungan Lumayan