Oleh : Resi Anriani
Pada hakikatnya orang yang beragama muslim mengaku bahwa manhajnya adalah ahlu sunah wal jama'ah. Apakah itu bisa dikatakan benar? "Ujar salah seorang alumni mahasiswi Stid Mohammad Natsir". Sebut saja namanya yulita.
Perempuan yng lulus Tahun 2014 bulan September kemaren mengatakan bahwa banyak sekali masyarakat yang mengamalkan hadist-hadist dho'if. Akan tetapi itu tidak mengetahui apa yang ia amalkan itu merupakan hadist dho'if atau tidak. Mereka hanya mengamalkan apa yang ia dapatkan dari guru-guru yang selama ini mengajarinya. Bahkan banyak sekali apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah salallahu 'alaihi wassalam. Alhamdulilah kali ini ada acra yang memang sangat bagus sekali. Kita bisa mengetahui mana hadist shohih dan mana hadist yang dho'if.
Buka tesis yang digelar di Keramat Raya kampus A, pembicara Ustadz Isham 'aini, Lc, M.A. yang menulis tesis itu sendiri dengan judul Sikap Ulama Terhadap Kehujahan Hadist Dho'of dalam Fadha'ilul Ulama, dan pembanding yaitu Ustadz Anung Al-Hamat. Lc,M.Pd.I.
Acra ini di gelar pada hari Rabu, 26 Muharam 1436 H/ 19 November 2014, di Gedung Menara Dakwah Lt.4 keramat Raya. Perempuan yaang berasal dari Palembng itu mengatakan acara ini subhanallah menarik sekali, sungguh semuanya di barengi dengan orang-orang yang berilmu. Baik pembicara maupun yang mengeritik. Yang mana selama pembica menulis tesisnya jarang sekali profesornya mengoreksi atau mengkritik tesis saya. Dan berarti ustadz Anung Al-Hamat ini lebih pintar dari pada profesor saya. "Ujar ustadz Isham", sebagai pembicara. Kali ini subhanallah ada yang berkenan mengoreksi tesis saya yang memang pengkritik itu sendiri sama-sama dibidangnya.
Perempuan yang mengenakan jilbab itam itu mengatakan bahwa banyak sekli ilmu yang didapat terutama ketika mendapatkan keritikan-keritikan dari orang yang lebih berilmu seorang dai harus menerima dan melapangkan dadanya dan menjadikan sebagai ilmu yang baru yang belum didapatkan. Selain itu apa yang dikeritik akan menjadikan tulisan kita lebih baik karena kita mengetahuinya dimana letak kesalahannya. Dan bagi orang yang mengeritik atau seorang dai yang mengkritik orang lain itu harus berdasarkan ilmu dan mengetahui tutur bahasa yang dipakainya. Sebagaimana yang ali ini dilakukan oleh pembicara dan pendamping tadi. Coba kita bayangkan kalau bukan orang yang berirlmu ketika mendaptkan keritikan apa yang terjadi mungkin tersinggung, merasa dongkol terhadap orang yang mengeritik, dan orang yang mengeritik merasa puas merasa ia paling hebat dibanding orang lain. Tapi bagi orang yang berilmu itu tidak ada. " ucap perempuan berusia 21".
Dan bedah tesis ini dihadiri oleh orang-orang berilmu juga, selain petinggi-petinggi Dewan Dakwah itu sendiri banyak mahasiswi dan para stafs yang ikut serta menghadiri acra tersebut.