Oleh: Yeti Ratnasari
"tikk..tikk.. tikk.." rintik hujan menemani langkah seorang wanita berkerudung hitam menuju salah satu mesjid yang terletak di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dengan pakaian sedikit basah wanita kelahiran 70-an ini memulai pekerjaannya.
"Mba Imah", Begitulah wanita asal Pekalongan ini biasa disapa. Dia adalah tukang sapu dan pel di mesjid tersebut. Setiap pagi ketika jarum jam menunjukan pukul 06.00, dia harus pergi menuju mesjid untuk menjalani pekerjaannya. Menyapu dan mengepel mesjid serta lantai TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) yang berada tepat di samping mesjid.
Bukan hanya itu, setelah selesai menyapu dan mengepel mesjid serta TPA , dia harus pergi menuju 2 rumah yang berada tidak jauh dari mesjid untuk melakukan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga.
"Cape, terkadang saya juga mengeluh dengan pekerjaan ini. Apalagi umur saya sudah 41 tahun, tenaganya mulai berkurang", Ujar Imah yang ketika itu memakai baju hijau toska kepada penulis. (Senin, 5 Januari 2015)
"Tapi kalau saya lihat anak-anak, semangat saya kembali lagi berkobar. Saya berpikir mereka tidak boleh seperti ibunya yang hanya lulusan SD. Mereka harus sukses dengan pendidikan yang diraihnya. Anak-anak menjadi motivasi saya untuk tetap bekerja keras", Tambahnya kepada penulis.
Kesuksesan anak-anaknya adalah harapan besar buat ibu 2 anak ini. Dia sisihkan Semua gaji hasil kerja kerasnya untuk biaya pendidikan anaknya. Dalam 1 bulan, jumlah gaji yang ia dapatkan dari 3 tempat dimana ia bekerja adalah Rp 1.800.000.
Dengan gaji tersebut anak-anaknya bisa sekolah seperti yang Imah inginkan. Anak pertama sudah masuk kuliah dan sekarang duduk di semester pertama. Anak keduanya masih SMP kelas 2.
"Semoga kerja keras yang saya lakukan mendapat keberkahan dari Allah ta'ala, dan ketika saya sudah tak sanggup lagi bekerja, saya sudah melihat anak-anak saya sukses", Ungkap istri dari seorang tukang ojek ini dengan penuh harap.