Jumat, 16 Januari 2015

Beginilah Semestinya Para Da’i

Oleh: Yeti Ratnasari
Saat ini kita akan menemui seorang tokoh besar dimana Madinah besinar terang karena keislamannya. Dialah Sa'ad Bin Muadz radiyallahu 'anhu. Keislamannya merupakan gerbang utama bagi islamnya Aus dan Khazraj.

Sa'ad adalah sayyid  (pemimpin) di kaumnya. Pada saat itu dia masih musyrik. Hingga akhirnya dia masuk islam di tangan Mus'ab bin Umair.

Sebelum masuk islam, Sa'ad dikenal dengan akhlaknya yang baik. Di mata kaumnya dia adalah orang yang paling kuat silaturahminya, orang yang paling baik pendapatnya, dan orang yang paling berkah jiwanya.  Sehingga dengan akhlak ini, Sa'ad mampu membawa kaumnya masuk islam.

Seperti yang tertulis dalam buku Sahabat-sahabat Rasulullah karya Syaikh Mahmud Al-Mishry. Didalamnya diceritakan bahwa ketika Sa'ad masuk islam ditangan Mus'ab bin Umair, kemudian dia langsung menemui kaumnya dan berkata:

"Wahai kaumku apa yang kalian ketahui tentang diriku?" Mereka menjawab, "Engkau adalah sayyid  'pemimpin' kami, orang yang paling kuat silaturhminya, orang yang paling baik pendapatnya, dan orang yang paling berkah jiwanya diantara kami."Sa'ad berkata,"Sesungguhnya perkataan kalian semua, baik laki-laki maupun wanita adalah haram atasku hingga kalian semuanya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya."

Pada akhirnya, semua kaumnya yang berada di perkampungan Bani 'Abdil Asyhal masuk islam. Sehingga tidak ada satu perkampungan dari perkampungan orang-orang Anshar kecuali di sana ada kaum laki-laki dan wanita yang beriman.

Begitulah seharusnya seorang da'i. Senantiasa memperbaiki dan menjaga akhlaknya terhadap orang lain dalam proses da'wahnya. Sungguh, kaum Sa'ad bin Muadz tidak masuk islam pertama kali kecuali atas kehendak Allah ta'ala dengan kecintaan mereka terhadap Sa'ad, seorang laki-laki yang berjiwa sangat mulia dan berprilaku baik di antara mereka.