Rabu, 31 Desember 2014

Dunia Bersenandung Air Mata

Oleh Sa'diyah Masim (Semester 7)

Perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga ini tak lelah melakoni pekerjaan yang lazim dilakukan oleh kaum pria itu sejak 2007. Tepatnya setelah suaminya sakit ginjal dan prostat dan sudah tidak mampu bekerja menghidupi keluarga.

Meski berat, Lisda (43 thn) melakoni pekerjaan menarik becak itu dengan senang hati demi sesuap nasi, wanita yang juga akrab disapa Budhe Ida ini juga tidak canggung menyusuri jalan-jalan protokol mencari penumpang.

Setiap pagi setelah usai dengan urusan rumah tangganya Lisda langsung pergi ke Rental tempat biasa ia meminjam becak untuk mencari nafkah. "Hasilnya pun tak tentu, terkadang saya bisa meraih pendapatan 60rb-70rb dalam sehari." ujarnya

Kendati harus mengurus suaminya yang sakit dan keempat anaknya yang masih duduk dibangku sekolah. Lisda tidak pernah berhutang dengan tetangganya. Ia berkata "Saya lebih senang menangis sendiri jika tak ada uang sama sekali, dari pada berhutang".

Uniknya, Ibu dari 4 orang anak ini masih aktif mengikuti kajian tiap minggu di Masjid Baiturrahman, Manggarai disela-sela aktivitasnya. Lisna bercerita, " Ngaji itu untuk nafkah jiwa saya mba, kadang-kadang ada saja perasaan sesak dengan hidup ini, tapi setelah ngaji saya lebih lega. Sepulang dari itu saya suka cerita sama suami supaya sabar juga ".

Bukan sekedar cerita. Masih sangat banyak yang tak bisa diungkapkan dengan kata. Dunia bersenandung air mata ini ia syukuri, "harapa saya kelak anak-anak bisa hidup layak dan lebih baik dari orang tuanya. " tuturnya.