Oleh: Nola Desrinawati
Maninjau (Sumatera Barat) – hari Senin 15/09/2014 Taman Pendidikan Al-Qur'an muhammadiyah, adalah sebuah lembaga pendidikan Alqur'an yang jumlah muridnya sekitar 50 orang, dan 5 orang guru. Sore itu sang guru berjalan menuju menuju TPA yang berada di sungai tampang. Ditengah perjalan sang guru bertemu dengan anak didiknya yang sedang asyik bermain bersama teman- temannya.'' Assalamu'alaikum ayo adik –adik siap–siap mengaji," ajak sang guru. Tiba–tiba si adik menjawab dengan polosnya "tidak".
Sang guru bertanya lagi,''kenapa tidak mau?, katanya mau jadi anak soleh." Adik menjawab dengan santai "kata mamaku jangan pergi karena kita beda," ujar adik kecil.
Meskipun demikian sang guru tetap saja melangkahkan kakinya menuju TPA. Dengan penuh penasaran siapakah yang dianggap mamanya si adik yang dianggap berbeda. Selidik–selidik ternyata pemahaman yang berbeda membuat masyarakat jadi terpecah belah.
Semenjak peristiwa itu membuat masyarakat memperhatikan pendidikan anak-anaknya, karena takut salah pemahaman dengan kebiasaan dan pemahaman yang mereka pahami. Pemahaman yang berbeda dengan salah seorang guru TPA pada akhirnya orangtua murid berfikir untuk memindahkan anaknya ke TPA lain, sehingga menurunlah jumlah anak didik di TPA tersebut.