Oleh : Resi Anriani
Menjadi tukang ojek merupakan mata pencaharian saya sejak 2008 hingga saat ini. " ujar salah seorang tukang ojek torowongan". Sebut saja namanya Walidiin.
Walidin ini mengatakan terhadap pascanya kenaikan bbm, bahwa hidup ini jangan dibikin ribet, apalagi sekarang bbm naik pesat. Tapi apalah daya saya rakyat biasa yang hidup tinggal diemperan itu juga kontrakan yang sebulannya lumayan, tapi syukur alhamdulilah masih bisa untuk keperluan rumah tangga dari hasil ngojek.
Berangkat kerja yaitu sebagai tukang ojek jam 5 pagi pulang jam 6 sore, dengan penghasilan 100 ribu perhari kadang tak menentu "kata seorang pemakai baju hijau itu". Uang 100 ribu dengan hidup di Jakarta cukup apa sih! Sayapun dengan uang 100 ribu itu di bagi-bagi, untuk makan perhari cukup uang 40 saja, 40 sisa untuk menabung membayar kontrakan sedangkan 20 nya lagi untuk jajan anak dan bensin saya.
Orang yang punya anak satu itu mengatakan bahwa ngojek yang paling jauh itu ke Pulau Gadung, tapi kenapa pasca kenaian bbm ini banyak orang yang tidak sadar dengan nasib orang lain yang sama-sama mengalami, contohnya saja sekarang bensin naik tapi ketika saya ada penumpang atau orderan yang saya harus antar pada tempat tujuannya, saya naikan tarip ongkosnya sesah kadang harus beradu otot dulu beradu mulut dulu hanya untuk mempertahankan uang 2000 rupiah. Padahal sama-sama merasakan dengan kenaikan bbm ini.
Itulah hidup apalagi di Jakarta, tidak mudah untuk mempertahankan hidup, "ucap orang yang berasal Jawa Timur itu".
>
>Jakarta Timur, 22 Novembet 2014.