Oleh : Resi Anriani
I Don’t Care! Dengan perbedaan organisasi yang ada khususnya di indinesia, “ujar salah satu mahasiswi batam”. Sebut saja namanya Roma. Gak penting dengan perbedaan itu, mau dia NU, PERSIS, MUHAMADIAH, atau yang lainnya. Mau itu bid’ah atau tidak saya tidak peduli, dan jangan di ambil pusing yang terpenting cukup kita hanya mengetahui dimana letak perbedaannya itu. ‘ujarnya’.
Di indonesia ini banyak sekali organisasi-organisasi yang menyebabkan orang lain saling menjatuhkan dan menyalahkan seolah-olah syurga di tangan kanannya. Hanya saja jangan terlalu di fikirkan cukup mengetahui dan mengetahui kondisinya. Dimana kita berada dengan siapa kita bicara dan yang terpenting saling menghargai disetiap perbedaan itu. Mau itu bid’ah atau itu tidak I Don’t Care.
Salah satu guru SMA alumni STT TELEMATIKA CAKRAWALA Bogor mengatakan bahwa perbedaan itu merupakan bumbu-bubu kehidupan. Dan Allah telah menyediakan pilihan antara neraka dan syurga tinggal manusia yang memilihnya.
Kebanyakan setiap individual dari manusia sudah yakin dengan apa yang telah diyakininya selama ini. Seperti mengikuti nenek moyang itu sendiri atau apa yang selamaini dia pelajari. Tinggal manusia itu sendiri yang memilih mana yang akan ia lakukan dan amalkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Dia mengatakan disetiap perbedaan itu ada salah satu yang benar. Yaitu, orang yang mengikuti Al-Qur’an dan Ass-Sunnah. dan setiap perbedaan ada solusinya yaitu kembalikanlah kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ada salah satu mahasiswi STKIP Sukabumi sebut saja namaya Siti, dia mengatakan bahwa semua organisasi-organisasi yang ada pada sekarang ini tentunya di indonesia itu semua mengaku bahwa organisasinya adalah ahlu sunnah waljama’ah. Padahal belum tuntu apa yang ia yakini ahlu sunah waljamaah itu sendiri sesuai dengan segala aturan-aturan yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Ada dua faktor yang menyebabkan mereka enggan menerima kebenaran tentunya yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Diantaranya; faktor pertama, yang dimana manusia itu sendiri betul-betul tidak mengetahui kebenaran itu sendiri hanya mengikuti sesuai kondisi keluarga dan lingkungannya itu sendiri. Maka dari itu sebagian kalangan masyarakat masih mencari kebenaran itu. Faktor kedua mengatakan bahwa manusia itu sendiri sudah mengetahui kebenaran sesungguhnya. Mana yang disyari’atkan mana yang tidak di syari’atkan. Hanya saja faktor ini otnum yang memprokatori yang lainnya sehingga ada pengikutnya. Di antara penyebab faktor-faktor ini adalah; mereka malu menerima kebenaran itu karena mungkin mereka beranggapan sesuatu yang baru sedangkan nenek moyangnya sendiri tidak mengajrkannya seperti itu, faktor kedua keluarga mereka, karena keluarga mereka kental dengan tradisi-tradisi yang di bawa oleh nenek moyang itu sendiri, ketiga keturunan, ini menganggap bahwa keturunnanya atau tradisi yang di lakukan oleh nenek m
oyang pada jaman dahulu itu harus dilakukan secara turun temurun, selanjutnya mungkin dengan segala ancaman-ancaman baik internal maupun external.
Roma itu sendiri mengatakan bahwa untuk dirinya sendiripun sudah tertanam dalam kehidupannya sendiri untuk suatu perubahan. Malah dia mengatakan perubahan untuk dirinya sangat minim dibawah nol persen untuk melakukan perubahan. karena keyakinannya dengan perubahan. dan disetiap perbedaan itu sudah ada aturannya masing-masing sesuai dengan faham masing-masing yang di amalkan dalam kehidupan sehari-hari.