Minggu, 23 Februari 2014

Soeharto Jatuh Media Islam Mendapatkan Udara Segar

Oleh: Siti Nur Fadlilah

Awal abad-20 dua majalah Mesir Urwatul Wutsqo dan Al Manar, mampu memberikan inspirasi bagi para aktivis gerakan Islam di negeri ini. Dari inspirasi tersebut Para ulama muda Sumatera Barat mempelopori penerbitan media bernama majalah Al-Munir, terbit pada tahun 1911. Sejak saat itulah media islam di Indonesia mulai bermunculan.

Setelah itu, barulah organisasi-organisasi Islam  menerbitkan media yang menyorot peristiwa-peristiwa kala itu menurut kebijakan organsisasinya. Namun, pada masa pendudukan Jepang media tersebut dibrendel. Ada pula yang terpaksa harus tutup dikarenakan manajemen keuangan yang kurang membaik. Hingga pada masa pascakemerdekaan majalah Adil dan Suara Muhammadiyah-lah yang tumbuh cukup baik. Ada pula majalah Kiblat, Al-Muslimun sebagai pendatang berikutnya.

Melihat media Islam bersifat partisan, pada 1959 Buya Hamka menerbitkan majalah Panji Masyarakat (Panjimas) yang tidak terikat pada ormas Islam tertentu. Meskipun Pada awalnya, memiliki ikatan yang erat dengan organisasi Islam yakni Muhammadiyah, kemudian mencoba menerobos pembaca yang lebih luas. Majalah ini beredar tidak hanya di Indonesia, juga di Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia. Majalah ini sempat ditutup selama bertahun-tahun setelah dilarang terbit pemerintah karena memuat karangan mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta, "Demokrasi Kita", bulan Mei 1960. Tulisan itu mengandung kritik yang tajam terhadap pemerintahan Soekarno. Ketika situasi politik berubah, tanggal 5 Oktober 1966 Panjimas terbit kembali di bawah pimpinan Rusydi.   (dalam situs www.jakarta.go.id)

Pada era 80-an dimana banyak kebijakan Orde Baru selama itu merugikan umat Islam, semangat "perlawanan" pun muncul. Di sisi lain, para aktivis Islam, melalui diskusi-diskusi tertutup mendapatkan respons meluas tentang perlunya melakukan perlawanan terhadap rezim Soeharto. Dari sinilah kemudian muncul gagasan menerbitkan media internal yang mengandung ruh pembebasan umat. Majalah Sabili mempelopori penerbitan media kritis dalam masa-masa kritis itu. Lantas, di kalangan Muslimah dengan simbol agama yang saat dikekang, berbusana Muslimah di tempat umum, muncul majalah Ummi.

Soeharto jatuh media Islam mendapatkan udara segar. Tumbuh bersama media lain tanpa khawatir ditekan penguasa atau ancaman pembredelan. Hanya saja, perkembangannya belum memuaskan. Barangkali perlu waktu untuk tumbuh sehat dulu. Misroji dalam islampos.