Oleh: Dewi Fitriyani
Saya adalah mahasiswi program konversi di STID Mohammad Natsir. Sebelumnya saya kuliah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab yang berada di jalan Buncit Raya. Masuk ke STID pada semester genap di tahun 2013 lalu. Karena program konversi maka saya tidak masuk ke semester tertentu namun harus masuk ke kelas-kelas yang ada mata kuliah wajib bagi saya.
Terbiasa dengan pelajaran yang berbahasa arab dan ilmu-ilmu Islam, ada pengalaman yang baru ketika masuk di mata kuliah umum saat ini. Kalu dulu harus lihai menghafal dalil dan nash’ sekarang harus ditintut untuk bisa menganalisis segala sesuatu.
Ada ilmu-ilmu baru yang bagi saya menantang dan mengasyikkan untuk dipelajari saat ini. Ada Psykologi Da’wah, Komunikasi, Sejarah Peradaban Barat dan satu lagi adalah ilmu Kejurnalistikan.
Jurnalistik yang paling menantang bagi saya. Ini adalah dunia baru yang belum pernah ada bayangan di benak saya. Pada awalnya saya berpikir menulis itu adalah mudah, tinggal mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan menuangannya dalam bentuk tulisan.
Maka pada awal pelajaran mata kuliah jurnalistik, ketika Dosen member tugas untuk menulis segera saja saya tuangkan apa yang terlintas di otak saya. Satu baris, dua baris, tiga baris….. namun setelah mengerjakan sekian baris barulah kesulitan ittu datang. Saya kehilangan ide, bingung membuat alur tulisan.
Ternyata menulis tak semudah apa yang saya pikirkan. Disana ada aturan-aturan dan cara yang harus kita pelajari kemudian kita praktekkan. Ya,, harus sering praktek dalam menulis. Karena dengan seringnya kita menulis maka akan semakin lihai dan pandai meramu ide-ide kemudian menuangkannya dalam sebuah karya tulis.
Walaupun merasa susah namun bagi saya menulis itu menantang dan mengasyikkan. Apalagi sebagai seorang wanita, dengan menulis maka itu suatu peluang untuk menyebarkan nilai kebaikan kepada orang lain tanpa kita harus banyak keluar dari rumah.
Dan jangkauan da’wah melauli tulisan tidak terbatas oleh jarak dan waktu. Genggamlah dunia dengan kata dan tulisanmua!
Wallahu a’lam Bish showaab.
Saya adalah mahasiswi program konversi di STID Mohammad Natsir. Sebelumnya saya kuliah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab yang berada di jalan Buncit Raya. Masuk ke STID pada semester genap di tahun 2013 lalu. Karena program konversi maka saya tidak masuk ke semester tertentu namun harus masuk ke kelas-kelas yang ada mata kuliah wajib bagi saya.
Terbiasa dengan pelajaran yang berbahasa arab dan ilmu-ilmu Islam, ada pengalaman yang baru ketika masuk di mata kuliah umum saat ini. Kalu dulu harus lihai menghafal dalil dan nash’ sekarang harus ditintut untuk bisa menganalisis segala sesuatu.
Ada ilmu-ilmu baru yang bagi saya menantang dan mengasyikkan untuk dipelajari saat ini. Ada Psykologi Da’wah, Komunikasi, Sejarah Peradaban Barat dan satu lagi adalah ilmu Kejurnalistikan.
Jurnalistik yang paling menantang bagi saya. Ini adalah dunia baru yang belum pernah ada bayangan di benak saya. Pada awalnya saya berpikir menulis itu adalah mudah, tinggal mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan menuangannya dalam bentuk tulisan.
Maka pada awal pelajaran mata kuliah jurnalistik, ketika Dosen member tugas untuk menulis segera saja saya tuangkan apa yang terlintas di otak saya. Satu baris, dua baris, tiga baris….. namun setelah mengerjakan sekian baris barulah kesulitan ittu datang. Saya kehilangan ide, bingung membuat alur tulisan.
Ternyata menulis tak semudah apa yang saya pikirkan. Disana ada aturan-aturan dan cara yang harus kita pelajari kemudian kita praktekkan. Ya,, harus sering praktek dalam menulis. Karena dengan seringnya kita menulis maka akan semakin lihai dan pandai meramu ide-ide kemudian menuangkannya dalam sebuah karya tulis.
Walaupun merasa susah namun bagi saya menulis itu menantang dan mengasyikkan. Apalagi sebagai seorang wanita, dengan menulis maka itu suatu peluang untuk menyebarkan nilai kebaikan kepada orang lain tanpa kita harus banyak keluar dari rumah.
Dan jangkauan da’wah melauli tulisan tidak terbatas oleh jarak dan waktu. Genggamlah dunia dengan kata dan tulisanmua!
Wallahu a’lam Bish showaab.